Wali Kota Apresiasi Buku Revolusi Bekasi karya Ali Anwar

Klikbekasi.co, Minggu, 13 Maret 2016

BEKASI — WALI Kota Bekasi Rahmat Effendi mengapresiasi buku berjudul Revolusi Bekasi karya sejarawan Ali Anwar, yang akan terbit dalam waktu dekat.

Rahmat mengatakan, buku setebal 312 halaman itu akan dijadikan sebagai bacaan wajib di sekolah-sekolah agar siswa bisa lebih mengenal sejarah Bekasi.

“Dari buku ini, kita patut bangga, karena Bekasi berperan penting dalam Revolusi Indonesia,” kata Rahmat, Minggu (13/3/2016).

Di dalam buku tersebut, pembaca bisa mengetahui kapan momentum penting terjadi di Bekasi, termasuk di mana tempat persisnya.

Saat ditemui, Ali Anwar mengatakan, buku tersebut merupakan kado untuk ulang tahun ke 19 Kota Bekasi yang jatuh tepat pada 10 Maret 2016.

“Sebagai warga, saya baru bisa memberikan kado berupa buku Revolusi Bekasi 312 halaman dan Sejarah Singkat Kota Bekasi 26 halaman,” kata Ali Anwar.

Proses panjang

Menurut Ali Anwar, proses penyusunan buku tersebut memakan waktu selama 20 tahun. Ia menghimpun tulisan di sejumlah koran, memburu arsip foto, serta mewawancarai sejumlah tokoh penting yang kini sudah meninggal.

Tokoh-tokoh yang sempat ia wawancarai antara lain Mantan Komando Batalyon 5 Mayor Jenderal Sambas Atmadinata dan Brigjen Lukas Kustaryo, salah seorang pejuang yang paling diburu Belanda.

Ada juga Zakaria Burnahundin, pejuang yang sempat menghadang rombongan tentara Jepang pada tahun 1945 di sekitar Stasiun Bekasi. Kemudian Marzuki Hidayat dan tokoh-tokoh besar lainnya.

Tidak ketinggalan pula KH Noer Ali, ulama pejuang yang dijuluki sebagai Singa Karawang-Bekasi. Namanya kini diabadaikan di banyak tempat, seperti jalan raya dan jembatan layang.

“Agar lebih tahu lebih detail bagaimana peran tokoh-tokoh tersebut, silahkan nanti membaca Revolusi Bekasi,” kata Ali Anwar. (Derry/Res)

Forum Budidaya Ikan Hias Nasional

Forum Budidaya Ikan Hias Nasional

Ketua Koperasi Ikan Hias Candrabhaga, Ali Anwar (kanan) bersama eksportir ikan hias Herman Oei sebagai narasuber dalam Forum Budidaya Ikan Hias Nasional Kementerian Kelautan dan Perikanan di Hotel Horison Bekasi, Kota Bekasi, Jawa Barat, 19-21 April 2013.

Peran Koperasi dalam Mendukung Pengembangan dan Peningkatan Produksi Ikan Hias Indonesia

Peran Koperasi dalam Mendukung Pengembangan dan Peningkatan Produksi Ikan Hias Indonesia*

Oleh Drs. Ali Anwar,
Ketua Koperasi Ikan Hias Candrabhaga Kota Bekasi

SONY DSC
Ikan hias kian menjadi tren hobi dan bisnis di Indonesia maupun mancanegara. Berbagai ikan hias yang dibudidaya di Indonesia diminati pasar internasional, terutama Singapura, Hongkong, Jepang, Amerika Serikat, Malaysia, Viernam, Inggris, Prancis, Jerman, Australia, Korea, Cina, dan Timur Tengah. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia menunjukkan, pada 2010 produksi ikan hias Indonesia hampir mencapai 1 miliar ekor, dan pada 2014 ditargetkan mencapai 3 miliar ekor.

Potensi dan Pasar
Salah satu wilayah yang cocok untuk budidaya ikan hias dan diminati pasar internasional adalah Kota Bekasi, Jawa Barat. Buktinya, sekitar 20 jenis ikan hias asal Indonesia dan negara lain, amat baik dibudidayakan di Kota Bekasi, seperti blackghost, palmas (sinegalus, albino, endichery, delhesi, orna), corydoras (panda, sterbai, albino, aenes, paleatus, metae), congo, rainbow, bosemani, furcata, tetra, oscar, manvis, cupang, arwana, dan lain-lain.

Alasannya, kondisi alam Kota Bekasi ideal untuk budidaya beberapa jenis ikan hias: suhunya sedang (24-29 deracat selsius) dan Ph-nya ideal (6-8). Lahan di perkotaan yang kian sempit dan bernilai tinggi, juga menjadi alasan peternak membudidayakan ikan hias.

Kondisi alam yang ideal ini bukan hanya membuat para eksportir ikan hias kepincut dengan kualitas ikan hias made in Kota Bekasi, tetapi juga menempatkan perusahaannya di Kota Bekasi. Keberadaan belasan eksportir ikan hias di Kota Bekasi ini makin menggairahkan para pembudidaya ikan hias. Bekasi pun menjadi produsen sekaligus pasar ikan hias. Jumlah pembudidaya terus bertambah, sehingga saat ini diperkirakan lebih dari 200 orang dengan produksi ikan hias sekitar 40 juta ekor per tahun.

Koperasi Ikan Hias
Usaha budidaya ikan hias mampu menciptakan wirausahawan dan mengurangi pengangguran. Namun para pembudidayanya menghadapi sejumlah kendala, terutama sulitnya memperoleh permodalan dan balai kesehatan ikan, tidak terorganisasi melalui wadah usaha, tidak adanya fasilitas penampungan ikan hias (raiser), dan tidak adanya balai benih. Akibatnya, posisi pembudidaya menjadi lemah dengan harga yang lebih cenderung ditentukan oleh para suplayer dan eksportir.

Agar bisa keluar dari impitan tersebut, sejumlah pembudidaya ikan hias membentuk kelompok usaha yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. Salah satu kelompok pembudidaya yang berbadan hukum di Kota Bekasi adalah Koperasi Ikan Hias Candrabhaga yang berdiri pada 2010, lengkap dengan akta notaris dan pengesahan dari Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Bekasi, serta Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Keterangan Domisili Usaha, Tanda Daftar Perusahaan,
Surat Izin Usaha Perdagangan, dan rekening.

Koperasi Candrabhaga dibentuk sebagai hasil dari beberapa kali pembahasan yang tercetus dalam arisan bulanan para pembudidaya ikan hias di Kota Bekasi sejak 2008 dan disepakati pada Februari 2009. Bersamaan dengan proses pengurusann badan hukum, koperasi yang telah memiliki kepengurusan, menyewa tempat sebagai penampungan ikan-ikan hias untuk anggota di RT 03/007, Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi.

Berbekal kebersamaan dan semangat untuk maju, dengan modal awal Rp. 15 juta yang dihimpun dari iuran pokok dan iuran wajib, koperasi membuat 20 unit kolam terpal dan plasti berkerangka bambu. Dalam hitungan satu tahun, ternyata pendapatan koperasi tidak terlampau signifikan, karena biaya operasional kadang lebih besar daripada pendapatan.

Dukungan Pemerintah
Meski baru terbentuk, KPIH Candrabhaga Kota Bekasi mendapat kehormatan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan organisasi yang berhubungan dengan ikan hias di tingkat daerah dan nasional bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Museum Ikan Hias Air Tawar Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Mengikuti Musyawarah Nasional Dewan Ikan Hias Indonesia (DIHI) ke-1 di Jakarta pada 14 September 2011 dan deklarasi DIHI di Malang, Jawa Timur, pada 21-24 Februari 2012.

Dari berbagai kegiatan yang diikuti pengurus KPIH, KPIH Candrabhaga merasa amat jauh dari kondisi ideal layaknya sebuah koperasi. Maka, untuk menggairahkan usaha, koperasi mengajukan proposal permohonan bantuan permodalan kepada Pemerintah Kota Bekasi. Pada awalnya, kami pesimistis, karena Pemerintah Kota Bekasi tidak memiliki Dinas Kelautan dan Perikanan. Kalaupun ada yang berhubungan dengan perikanan, di dalam struktur kelembagaan hanya setingkat seksi di bawah Dinas Perekonomian Rakyat.

Berkat bantuan Wakil Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi dan sejumlah pejabat serta anggota DPRD yang peduli terhadap harapan masa depan potensi ikan hias di Bekasi yang lebih baik, KPIH Candrabhaga memperoleh bantuan dana hibah sebesar Rp. 50 juta pada Agustus 2011.

Semangat Berusaha dan Kendalanya
Bantuan dana hibah yang cukup besar ini digunakan sebaik-baiknya oleh pengurus dan anggota dengan cara membeli kebutuhan dasar koperasi, yakni sarana dan prasarana ikan hias. Kolam terpal dan plastik berkerangka bambu pun berubah menjadi 16 unit bak fiber dan 96 unit akuarium berkerangka besi. Sebagian dana diberikan kepada anggota dalam bentuk rayakan ikan hias.

Suntikan dana membuat anggota koperasi semakin bergairah. Jual-beli ikan dari peternak ke koperasi berjalan cukup lancar. Kualitas ikan (kesehatan dan ukuran) yang dijual ke eksportir pun tidak mengecewakan.

Agar pemasaran tetap terjaga dengan baik, pengurus dan anggota selalu melakukan pembahasan setiap rapat anggota yang dibarengi dengan arisan bulanan. Dari sinilah terjalin komunikasi dan pertukaran informasi seputar perkembangan kebijakan dan bisnis ikan hias. Pengurus dan anggota juga mendiskusikan dan memutuskan ikan apa saja yang menjadi tren pasar dalam empat bulan kedepan.

Meski semua persoalan didiskusikan cukup matang, namun kadang ada saja faktor x yang menjadi persoalan dan melemahkan usaha. Diantaranya, beberapa pembudidaya kerap mengeluhkan rendahnya kualitas indukan ikan hias, sehingga menghasilkan rayakan dalam jumlah yang sedikit, ukuran tidak ideal, dan mudah sakit.
Saat ikannya sakit, para pembudidaya menggunakan berbagai cara untuk menyembuhkannya, mulai menggunakan antibiotik, vitamin, sampai ramuan herbal. Hasilnya, ada yang berhasil, namun ada pula yang tak berdaya sampai ikan-ikannya mati. Efeknya, menumbulkan kerugian dan frustrasi.

Bahkan, sebagai contoh, pada Oktober 2011 kami memprediksi ikan hias garra rufa masih menjadi tren ekspor hingga enam bulan ke depan. Maka, koperasi menggunakan modal usaha sekitar Rp 11 juta untuk membeli rayakan garra rufa. Namun, baru satu bulan ikan dibudidaya di farm koperasi dan anggota, terjadi krisis keuangan di Yunani yang berimbas ke beberapa negara tujuan ekspor di Eropa.

Pada saat yang bersamaan, para pembudidaya ikan hias di Bekasi dan beberapa daerah di Jawa Barat juga membudidayakan garra rufa. Maka, booming garra rufa tak diimbangi oleh pasar yang sedang macet. Harga garra rufa pun menjadi jatuh, sehingga menimbulkan kerugian bagi pembudidaya dan koperasi.

Memajukan Usaha
Dari pembahasan di atas, maka koperasi ikan hias tidak bisa jalan di tempat, melainkan harus terus melakukan pengembangan manajemen organisasi, pengembangan usaha, pengembangan jaringan dan lobi, serta pengembangan pengetahuan.

Pengembangan organisasi, pengurus organisasi harus diikutsertakan dalam pelatihan-pelatihan manajemen koperasi yang diselenggaran oleh Kementerian Koperasi, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi, dan lembaga-lembaga yang lain.

Pengembangan usaha, koperasi perlu meningkatkan kualitas dan kapasitas usahanya. Untuk itu pengurusnya perlu mengikuti pelatihan-pelatihan kewirausahaan, pelatihan manajemen perbankan, pelatihan menjadi eksportir, dan pelatihan manajemen karantina ikan. Pemerintah juga perlu memfasilitasi pelatihan ini, termasuk memberikan bimbingan agar seluruh persyaratan administrasi dipenuhi oleh koperasi.

Pengembangan jaringan, pengurus koperasi harus menciptakan jaringan bisnis dengan cara menjalin komunikasi bisnis dan tukar menukar informasi seputar dunia ikan hias dengan seluruh stakeholder.
Pengembangan ilmu pengetahuan, pengurus dan anggota koperasi harus meningkatkan pengetahuannya seputar ikan hias, karena teknologi budidaya (peralatan, kesehatan, pemuliaan) ikan hias terus berubah dan berkembang maju.

Adapun pemerintah perlu memberikan perhatian kepada para pembudiaya dengan cara memberikan bantuan indukan yang tersertifikasi serta rayakan yang berkualitas baik, permodalan dengan bunga rendah dengan persyaratan yang ringan. Bahkan, untuk menggairahkan perekonomian daerah melalui ikan hias, pemerintah perlu menyediakan fasilitas dan tenaga kesehatan ikan, raiser ikan hias, sampai pada etalase ikan hias.
Namun, semua kebutuhan para pelaku ikan hias akan sulit terpenuhi selama urusan perikanan ditangani oleh instansi pemerintah hanya di level seksi. Untuk itu, kami mengusulkan kepada Pemerintah Kota Bekasi agar meningkatkan status seksi menjadi bidang atau bahkan setingkat dinas.
***
*Disampaikan dalam Forum Budidaya Ikan Hias Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, Hotel Horison Bekasi, 19-21 April 2013.

Profil Ikan Hias Candrabhaga Kota Bekasi

Visi
Menjadikan anggota Koperasi Ikan Hias Candrabhaga Kota Bekasi
maju secara bersama-sama untuk mencapai kesejahteraan.

Misi
• Mempermudah pemasaran ikan hias bagi anggota.
• Meningkatkan produktifitas usaha setiap anggota peternakan ikan hias.
• Memberikan kemudahan dalam penyediaan sarana dan prasarana peternakan ikan hias.
• Meningkatkan komunikasi antarapeternak ikan hias.
• Mendorong agar Kota Bekasi menjadi ikon dan salah satu sentra ikan hias di Indonesia.
• Mendukung program pemerintah yang bertekad menjadikan Indonesia sebagai pemasar terbesar ikan
hias di dunia.

Sekretariat: Perumahan Wisma Jaya Blok C6/11, RT 03/03, Aren Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi 17112.
Farm: Jl Dewi sartika, RT 03/007, Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi 17112
Blog: koperasicandrabhaga.wordpress.com
E-mail: alianwar65@gmail.com
Blog: koperasiikanhiascandrabhaga.wordpress.com
Kontak: Ali Anwar (081318161243), Bambang Cahya Pinardi (08159451252)
Akta Notaris: Notaris Nurhasanah, SH. M.Kn. nomor 09, 16 Juli 2010
Akta Pendirian: No. 57/BH/Disperindagkop/XII/2010, 3 Desember 2010
Surat Keterangan Domisili Usaha: 600/95/KL.AJ/IV/2013
Tanda Daftar Perusahaan: 102624600257
Surat Izin Usaha Perdagangan: 510/1482-BPPT/PK/VII/2013
Rekening: Bank Mandiri Bekasi Juanda nomor 1560005324191
NPWP: 31.315.290.2-407.000

Pelaku Usaha Ikan Hias Bekasi Membentuk Asosiasi

Pelaku Usaha Ikan Hias Bekasi Membentuk Asosiasi

BEKASI – Pelaku usaha ikan hias mendeklarasikan pembentukan Asosiasi Ikan Hias Bekasi, Selasa, 8 Mei 2012. Formatur memilih pengusaha ikan hias Atep Setiawan sebagai ketua asosiasi. Kepemimpinan Atep didukung oleh Didi (Wakil Ketua I), Ali Anwar (Wakil Ketua II), Clarence Chua (Sekretaris), Hinsa Siregar (Wakil Sekretaris), Ardin (Bendahara), Rudy Alamsyah (Wakil Bendahara).

Anggota Asosiasi Ikan Hias Bekasi meliputi pelaku usaha ikan hias di Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi. “Setelah melengkapi kepengurusan, kami akan audiensi dengan Wali Kota Bekasi dan Bupati Bekasi,“ kata Atep usai deklarasi.

Deklarasi yang berlangsung di aula Lapangan Futsal Ali Baba, Pekayon, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, itu dihadiri Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan yang juga Ketua Dewan Ikan Hias Indonesia (DIHI) DR Suseno Sukoyono, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Dr Ir Slamet Soebijakto, Wali Kota Bekasi Dr H Rahmat Effendi, dan Kapala Dinas Perekonomian Rakyat Abudin Msi, Kepala Bidang Peternakan Edi Kadarusman.

Pembentukan Asosiasi Ikan Hias Bekasi setelah mempertimbangkan usulan Suseno Sukoyono agar agar pelaku usaha ikan hias di Bekasi membentuk asosiasi. “Supaya kalau ada kendala bisa didiskusikan dan diselesaikan secara bersama-sama,” ujar Suseno.

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi berharap kepada para pelaku ikan hias di Bekasi agar bersinergi antara pelaku dengan pemerintah, Dewan Ikan Hias (DIHI), dan perbankan. “Saya yakin, tidak mudah kalau hanya satu arah,” kata Rahmat dalam silaturahmi pelaku ikan hias dengan DIHI dan pemerintah di Lapangan Futsal Ali Baba, Pekayon, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Selasa, 78 Mei 2012.

Rahmat berharap, silatutahmi menghasilkan pointer-pointer yang bisa bermanfaat, terutama untuk pelaku ikan hias. Sedangkan pemerintah akan berupaya memberikan bantuan kemudahan untuk memperoleh permodalan. Saat ini, kata Rahmat, tersedia dana bergulir tanpa bunga sekitar Rp 8 miliar dari PNPM Mandiri dan Bank Syariah.

“Silakan gulirkan dana tersebut sesuai aturan, tanpa bunga tapi berputar,” ujar Rahmat. “Ini bentuk perhatian pemerintah kepada warganya,” katanya. Untuk meningkatkan produktifitas dan berjalan secara maksimal, Rahmat akan menindaklanjuti pembinaan dan penyaluran bantuan melalui Dinas Perekonomian Rakyat, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi. “Dispera harus bergerak secara intensif,” kata Rahmat.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Dr Ir Slamet Soebijakto menyatakan salut kepada Pemerintah Kota Bekasi yang mendukung usaha warganya, terutama para pelaku usaha ikan hias.
“Kalau terjadi sinergi seperti ini, saya yakin Kota Bekasi akan menjadi industri ikan hias,” kata Slamet.

Berdasarkan informasi yang peroleh, kata Slamet, Kota Bekasi memiliki ratusan pembudidaya ikan hias dari beberapa jenis yang cocok dengan air dan suhu setempat. “Kalau ada yang menjadi unggulan, Kota Bekasi bisa menjadi ikon ikan hias,” ujar Slamet.

Memang, dia mengungkapkan, volume ekspor mencapai 1,59 juta ekor atau mengalami penurunan 20,38 persen, dibandingkan tahun 2010 sebesar 2 juta ekor. Namun nilainya mengalami kenaikan US$ 16,55 juta atau 2,41 persen dibandingkan tahun 2010 sebesar US$ 16,16 juta.”

Slamet yakin budidaya ikan hias di Indonesia mengalami peningkatan pada masa-masa mendatang. Potensi ikan hias Indonesia diperkirakan mencapai US$ 60 juta sampai US$ 65 juta. “Angka potensi ini akan menandingi Singapura sebagai eksportir terbesar di dunia,” kata Slamet.

Slamet mengungkapkan, Dirjen Perikanan Budidaya telah mengirim surat kepada Dirjen Perhubungan Udara dengan SKEP/255/IV/2011. Surat ini, kata dia, untuk mengakomodasi perlakuan khusus terhadap pemeriksaan ikan hias di bandar udara seluruh Indonesia untuk dibebaskan pemeriksaannya tanpa melalui x-ray dalam pengiriman ikan hias. “Dan telah mendapat persetujuan melalui balasan surat dari Dirjen Perhubungan Udara pada Maret 2012,” kata Slamet.

ALI ANWAR

LEGENDA ‘BEGUNDAL’ KARAWANG-BEKASI

TEMPO, 10-16 Oktober 2011

LEGENDA ‘BEGUNDAL’ KARAWANG-BEKASI

Wartawan Tempo Ali Anwar pernah mewawancarai sosok misterius Kapten Lukas Kustario pada 1992.

BOLA mata Brigadir Jenderal Purnawirawan Lukas Kustario yang bulat itu berkaca-kaca tatkala saya pada 1992 meminta dia menjelaskan posisi dirinya dalam peristiwa pembantaian terhadap 431 penduduk oleh tentara Belanda di Rawa Gede, Karawang, pada 9 Desember 1947. Lanjutkan membaca “LEGENDA ‘BEGUNDAL’ KARAWANG-BEKASI”

PERMATA KALI MAYA DI KALI BEKASI (Ngalor-ngidul, Radar Bekasi, Senin, 11 April 2010)

SETIAP kali melintasi Jalan KH Agus Salim, Bekasi Timur, Kota Bekasi, saya selalu tergelitik untuk memandang nama gang di sekitar Kampung Tugu. Lokasinya persis di samping bekas Gedung Pertemuan Patal Bekasi: Gang Kalimaya. Mukanya di Jalan KH Agus Salim, ekornya berujung di Kali Bekasi, yang berjarak sekitar 200 meter. Lanjutkan membaca “PERMATA KALI MAYA DI KALI BEKASI (Ngalor-ngidul, Radar Bekasi, Senin, 11 April 2010)”

NGALOR-NGIDUL BEKASI: Marsin Tambayong, Manado atau Babelan? (Radar Bekasi, Kamis, 1 April 2010)

Laga lanjutan kompetisi Grup I Liga Joss antara Persatuan Sepak Bola Indonesia Patriot Kota Bekasi (Persipasi) melawan Persatuan Sepak Bola Bireun (PSSB) pada 1 Maret lalu berakhir dengan kemenangan Persipasi 7-2. Saat menyaksikan pertandingan yang membanggakan di Stadion Patriot Kota Bekasi itu, saya melihat dua wajah yang pernah diagung-agungkan pencinta sepak bola Bekasi era 1980-an, yakni Warta Kusumah dan Marsin Tambayong.
Lanjutkan membaca “NGALOR-NGIDUL BEKASI: Marsin Tambayong, Manado atau Babelan? (Radar Bekasi, Kamis, 1 April 2010)”

Ngalor-ngidul Bekasi: Buruh Bekasi Protes Tuan Tanah Zalim (Radar Bekasi, Senin, 5 April 2010)

Bocah Bekasi yang juga aktivis perburuhan, Obon Tabroni, dua pekan ini mengobarkan semangat untuk menolak Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan. Melalui jejaring sosial Facebook, Obon mengabarkan bahwa hari ini, Senin, 5 April, puluhan ribu buruh akan membanjiri Jakarta.
Lanjutkan membaca “Ngalor-ngidul Bekasi: Buruh Bekasi Protes Tuan Tanah Zalim (Radar Bekasi, Senin, 5 April 2010)”

NGALOR-NGIDUL BEKASI: Guru Maro, Murid Ngarit (Radar Bekasi, Senin, 29 Maret 2010)

Tahun ajaran baru masih beberapa bulan lagi, namun berbagai lembaga pendidikan di Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi sudah ancang-ancang dengan memasang spanduk, menyebar brosur, beriklan di surat kabar hingga radio dan website. Tak hanya lembaga pendidikan umum, pesantrenpun ikut bersaing. Berbagai keunggulan dibeberkan, mulai visi dan misi yang ideal, kurikulum yang terintegrasi, pengajar yang berkualitas, hingga berbagai prestasi intrakurikuler dan ekstrakurikuler.
Lanjutkan membaca “NGALOR-NGIDUL BEKASI: Guru Maro, Murid Ngarit (Radar Bekasi, Senin, 29 Maret 2010)”